• Lukas 12:8-9 Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah.

  • Sahabat-Ku yang terkasih, Aku mengasihimu (Yohanes 15:9). Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku (Yesaya 43.1). Sebelum Aku menciptakan engkau, Aku telah mengenal engkau. Dan sebelum engkau lahir, Aku telah menguduskan engkau (Yeremia 1:5). Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu (Yohanes 15:16). Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu (Yeremia 31:3). Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia (Yesaya 43:4).

  • MENGENAL FIRMAN TUHAN : Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. ( II Timotius 3:16-17 )

  • Yesus berkata : " Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir jaman " ( Mat. 28:19-20 ).

KISAH SI PENEBANG POHON

“Kan Shu De Gu Shi”
Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu.”

kamu tetap BERHARGA...

Suatu hari, ada seorang kakak rohani memulai khotbahnya dengan mengeluarkan selembar uang seratus ribu yang baru. Kemudian dia bertanya, “Siapa diantara kamu yang mau uang ini, kalo aku kasih ke kamu?” Ternyata banyak yang mengangkat tangan.

Katanya lagi, “Ya, ini akan kuberikan, tapi sebelumnya biar aku melakukan hal ini.” Kakak rohani tersebut meremas uang kertas seratus ribu itu menjadi gulungan kecil yang kumal.

Kemudian dia buka lagi ke bentuk semula: lembaran seratus ribu, tapi sudah kumal sekali. Lalu dia bertanya, “Siapa yang masih mau uang ini?” Tetap saja banyak yang mengangkat tangan, sebanyak yang tadi.

“Oke, akan aku kasih, tapi biarkan aku melakukan hal ini.” Dia menjatuhkan lembaran uang itu ke lantai, terus diinjak-injak pakai sepatunya yang habis berjalan di tanah becek sampai nggak karuan bentuknya. Dia tanya lagi, “Siapa yang masih mau?” Tangan-tangan masih saja terangkat. Masih sebanyak tadi.


Batas

Siapa yang tidak suka bermain? Sejak kecil kita akrab dengan kegiatan bermain. Permainan fisik, misalnya olahraga. Permainan otak yang mendidik. Atau, permainan yang membangun kebersamaan. Semua permainan memiliki aturan main. Ada batas-batas yang mengendalikannya. Lapangan badminton punya garis pembatas. Sepakbola punya batas waktu. Langkah-langkah tertentu membatasi permainan di papan catur. Permainan kelereng pun dibatasi cara bermain yang disepakati bersama. Melanggar batas berarti mengacau permainan, dan akan kena sanksi.
Kitab Yosua sampai pasal 13 mengisahkan bagaimana Israel—dipimpin Yosua—memasuki Kanaan. Bertempur di medan laga. Namun, memasuki pasal 14 dan seterusnya, suasana berubah. Mereka memasuki periode kehidupan yang lain. Tahap yang baru. Saatnya menata kehidupan bersama. Maka, Tuhan menuntun Yosua mengatur batas wilayah bagi masing-masing suku. Dari kehidupan mengembara di padang liar tanpa batas, mereka belajar hidup bersama dalam batas-batas yang harus dihormati di Tanah Perjanjian. Batas-batas itu kelak menentukan hak, warisan, dan pusaka masing-masing. Dan, agar tidak kacau, sejak semula batas-batas sudah ditegaskan dan ditegakkan.


Dua sikap ketika menghadapi pencobaan

Mazmur 18:7 Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.

Ada dua sikap yang mungkin ditunjukkan oleh umat Tuhan pada waktu mengalami pencobaan yaitu:

1.Menjauh dari Tuhan.
2.Semakin dekat kepada Tuhan.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © Inspirasi Hidup. Original Concept and Design by My Blogger Themes | Tested by Blogger Templates | Best Credit Cards