“Kan Shu De Gu Shi”
Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu.”
KISAH SI PENEBANG POHON
kamu tetap BERHARGA...
Suatu hari, ada seorang kakak rohani memulai khotbahnya dengan mengeluarkan selembar uang seratus ribu yang baru. Kemudian dia bertanya, “Siapa diantara kamu yang mau uang ini, kalo aku kasih ke kamu?” Ternyata banyak yang mengangkat tangan.
Katanya lagi, “Ya, ini akan kuberikan, tapi sebelumnya biar aku melakukan hal ini.” Kakak rohani tersebut meremas uang kertas seratus ribu itu menjadi gulungan kecil yang kumal.
Kemudian dia buka lagi ke bentuk semula: lembaran seratus ribu, tapi sudah kumal sekali. Lalu dia bertanya, “Siapa yang masih mau uang ini?” Tetap saja banyak yang mengangkat tangan, sebanyak yang tadi.
“Oke, akan aku kasih, tapi biarkan aku melakukan hal ini.” Dia menjatuhkan lembaran uang itu ke lantai, terus diinjak-injak pakai sepatunya yang habis berjalan di tanah becek sampai nggak karuan bentuknya. Dia tanya lagi, “Siapa yang masih mau?” Tangan-tangan masih saja terangkat. Masih sebanyak tadi.
Batas
Kitab Yosua sampai pasal 13 mengisahkan bagaimana Israel—dipimpin Yosua—memasuki Kanaan. Bertempur di medan laga. Namun, memasuki pasal 14 dan seterusnya, suasana berubah. Mereka memasuki periode kehidupan yang lain. Tahap yang baru. Saatnya menata kehidupan bersama. Maka, Tuhan menuntun Yosua mengatur batas wilayah bagi masing-masing suku. Dari kehidupan mengembara di padang liar tanpa batas, mereka belajar hidup bersama dalam batas-batas yang harus dihormati di Tanah Perjanjian. Batas-batas itu kelak menentukan hak, warisan, dan pusaka masing-masing. Dan, agar tidak kacau, sejak semula batas-batas sudah ditegaskan dan ditegakkan.
Dua sikap ketika menghadapi pencobaan
Ada dua sikap yang mungkin ditunjukkan oleh umat Tuhan pada waktu mengalami pencobaan yaitu:
1.Menjauh dari Tuhan.
2.Semakin dekat kepada Tuhan.