Pada 2004, usai merampungkan gelar S1 Design Industri di Victoria University of Wellington, Selandia Baru Vera Lasut mengawali kariernya sebagai model professional. Namun, dunia model pun akhirnya ditinggalkan karena ia ingin menyalurkan hasratnya di dunia perfilman.
Jalan menuju dunia perfilman rupanya mampu dilalui Vera dengan mulus. Pada 2005, ia membintangi film Alexandria. Selain berakting, ia juga menerapkan ilmunya dengan terlibat dalam proyek produksi film 9 Naga sebagai Editor dan Visual Effect Artist. Sejak itu Vera makin membulatkan tekadnya untuk menekuni dunia perfilman.
Akhirnya tak berapa lama berselang, Vera pun kembali didapuk membintangi film Setan Kereta Manggarai. Di film itu Vera berperan sebagai Setan. “Itu adalah pengalaman pertama berakting memerankan tokoh setan,” kenang gadis kelahiran Jakarta, 11 Oktober 1982.
Lama-kelamaan tanpa disadari, Vera langganan bermain film horor. Bahkan ia tidak hanya berakting, tetapi juga terlibat sebagai associate producer. Film-film garapannya antara lain, Setan Budeg, Mati Suri, dan Susuk Pocong.
Alasan Vera memilih film horor bukan lantaran ketagihan, tetapi ia ingin mengeksplorasi diri untuk mengetahui bidang apa yang paling cocok untuk ditekuninya. Selain itu, Vera juga suka dengan film horor dan thriller. “Sejak kecil saya sudah suka film horor dan thriller. Film Friday The 13th merupakan film favorit saya dulu. Ceritanya film itu selalu seru dan mencakam,” serunya.
Selain suka dengan film horor, Vera juga ingin merasakan sensasi memerankan film horor. “Saya suka film horor dan saya ingin merasakan sensasinya memerankan film horor. Itu yang buat saya tertarik untuk turun tangan langsung memerankan tokoh menyeramkan itu.” Dan menurutnya, film horor punya sensasi yang berbeda. Latar belakang cerita, lokasi pengambilan gambar, dan efek suara yang mencekam, membuat film horor tidak kalah serunya dibandingkan jenis film lainnya.
Alasan lainnya Vera memilih film horor, karena ia melihat film horor disukai banyak orang. Itu artinya film horor punya potensi pasar yang luas, bukan saja di Indonesia. “Di Indonesia masyarakatnya masih menyukai hal-hal yang berbau mistis. Itulah sebabnya film horor cukup banyak disukai oleh penonton di Indonesia,” urainya.
Mengingat punya potensi pasar yang luas, itu berarti film-film horor nasional punya peluang diekspor ke luar negeri, asalkan ceritanya menarik. “Setannya boleh apa saja, yang penting ide ceritanya oke,” tutur perempuan yang mulai membidik pasar luar negeri.
TIDAK DIJAHILI SETAN
Selama berkecimpung di dunia film, banyak hal positif yang didapat Vera. Ia mendapat ilmu pembuatan film. Selain itu, membuat Vera menjadi lebih berani bila berhadapan dengan kondisi gelap dan terkesan angker. Ia bersyukur, selama bermain film horor dirinya tidak pernah dihantui atau dijahili oleh setan. Menurutnya, ketakutanlah yang membuat diri seseorang merasa dihantui.
Dengan pengalamannya di dunia akting, Vera sudah membuka Rumah Produksi VL Production. Dengan rumah produksinya, ia bisa dengan leluasa mengalirkan ide kreatifitasnya dalam memproduksi film. ”Saya memilih menekuni film. Saya merasa hati saya ada di film. Jadi bukan hanya horor, karena saya lebih menyukai genre film thriller,” tegasnya.
Sumber: Majalah Bahana, Juni 2011