Sumber:CDN
Militer dan Milisi Islam di Sudan Bunuh dan Siksa Orang Kristen Serta Membakar Tiga Gereja
KARDUGLI (SUDAN) - Agen-agen intelijen militer pemerintah Sudan dan milisi muslim di negara itu telah membunuh dan menyiksa orang-orang Kristen setelah sebelumnya menyerang gereja-gereja di Kadugli, di negara bagian Kordofa Selatan, Sudan.
Seperti diberitakan Compass Direct News (CDN), sumber-sumber Kristen di negara itu mengatakan bahwa perang antara antara tentara utara dikenal sebagai Bersenjata Sudan Bersenjata (SAF) dan Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) dari Sudan Selatan di Kandugli diawali oleh serangan SAF dan milisi Muslim. "Konflik bersenjata di Kadugli pecah antara militer selatan dan utara pada 6 Juni setelah pasukan utara merebut Abyei bulan lalu, Kemudian pada tanggal 8 Juni, militan Islam yang setia pada SAF menyembelih seorang Kristen muda dengan pedang di Pasar Kadugli" tulis CDN.
Unit Intelijen dari SAF menahan Nimeri Kalo Philip, seorang mahasiswa di Seminari St Paulus Mayor, pada 8 Juni 2011 saat ia dan beberapa temannya berjalan di dekat gerbang Misi PBB untuk Sudan (UNMIS) di Kadugli al Shaeer (pusat kota Kadugli). Kalo dan teman-temannya kemudian ditembaki dengan membabi buta SAF sehingga mereka melarikan diri dari kota itu setelah milisi Islam yang loyal kepada SAF menyerang dan menjarah tiga bangunan gereja di Kadugli.
Tiga gereja di yang dibakar oleh militer dan milisi muslim antara lain Gereja Katolik, Gereja Kristus Sudan ( Sudanese Church of Christ ) dan Gereja Anglikan Sudan ( Episcopal Church of Sudan). "Gereja-gereja dan pendeta langsung ditargetkan," ujar Pemimpin Gereja Anglikan di Kadugli, Uskup Andudu Adam Elnail Kuku.
"Adeeb Gismalla Aksam, 33 tahun, adalah seorang sopir bus yang ayahnya adalah seorang penatua pada Gereja Injili di Kadugli. Para milisi Islam yang berteriak 'Allahu Akbar' mulai menembaki Gereja Katolik Roma namun tidak ada yang terkena tembakan peluru tersebut, Agen SAF kemudian menangkap Pendeta Abraham James Lual di depan jemaatnya. "Mereka membawanya ke lokasi yang tidak diketahui dan menyiksanya selama dua hari", ujar seorang imam.
Menurut bidang kemanusiaan PBB, diperkirakan lebih dari 53.000 orang mengungsi karena pertempuran di Kordofa Selatan, para pengungsi menuju kamp-kamp pengungsi internal diluar kota Kordofa Selatan, setelah melarikan diri dari pertempuran itu.
Dari laporan media mengatakan bahwa pertempuran tersebut selain dilancarkan dengan tembakan dilakukan juga pemboman dan penembakan artileri, meliputi 11 dari 19 daerah di negara bagian Kordofa Selatan,
Sumber:CDN
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar:
Posting Komentar